11 Kecamatan Endemis Flu Burung

11 Kecamatan di Kediri Endemis Flu Burung

KEDIRI-RADAR Dalam beberapa pekan terakhir di 11 kecamatan di Kabupaten Kediri sedikitnya 8.002 unggas mati mendadak. Setelah dilakukan penelitian oleh Dinas Kehewanan ke-11 kecamatan tersebut dipastikan menjadi kawasan endemis penyakit flu burung.
11 kecamatan kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Semen, Pagu, Gampengrejo, Pare, Kayen Kidul, Ngancar, Plemahan, Papar, Wates, Plosoklaten, dan Banyakan.
Kepala Dinas Kehewanan, Ketut Widanan melalui Kabag Humas Pemkab Kediri, Sigit Raharjo menjelaskan, kasus flu burung ini memang terus mengalami peningkatan dari bulan ke bulan. Bahkan pihaknya mencatat tingkat kematian unggas terbesar terjadi pada Bulan April ini.
“Tren kematian unggas karena flu burung ini memang terus meningkat. Apalagi pada bulan April kasusnya cukup mencolok,” ungkap Sigit kepada di Pemkab Kediri, Senin (30/4).
Menurutnya, saat ini terdapat kurang lebih 84 peternak di 25 desa yang tengah waspada menghadapi serangan flu burung. Dari jumlah populasi sebanyak 22.303 ekor, terjadi kasus kematian sebanyak 8.002 ekor.
“Karena itu Pemkab Kediri sudah melakukan tindakan pencegahan melalui pembakaran dan penguburan bangkai ayam. Selain itu, sejumlah tempat yang dianggap rawan juga dilakukan penyemprotan desinfektan,” tambahnya. (aro)

Petani di Kediri Dipaksa Beli Pupuk

Petani di Kediri Dipaksa Beli Pupuk Urea
* Padahal yang Dibutuhkan Jenis ZA

KEDIRI-RADAR- Pemerintah memang tidak adil buktinya terus membuat rakyat khususnya petani sengsara. Sebagai buktinya di Kabupaten Kediri para petani dipaksa membeli pupuk dengan harga tinggi, ketika kebutuhan sedang tidak mendesak.
“Sekarang ini para petani sedang tidak butuh pupuk jenis urea, tapi dipaksa untuk menebus di kios-kios, karena dianggap sebagai jatah petani,” kata Ketua Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Kediri, Priyanto, Senin (30/4).
Menurut dia, sebenarnya yang dibutuhkan petani pada musim tanam kedua ini adalah pupuk jenis ZA, bukan jenis urea. Namun sayangnya, jenis ZA saat ini harganya melambung hingga mencapai Rp80.000 per sak, padahal sebelumnya hanya Rp52.000 per sak.
Sementara petani diharuskan menebus pupuk jenis urea dengan harga antara Rp55.000 sampai 65.000 per sak. “Itulah repotnya petani, pupuk yang dibutuhkan harganya tinggi, sedang yang tidak dibutuhkan malah disuruh menebus,” paparnya.
Ia menduga, persediaan pupuk urea sekarang ini merupakan sisa dari masa panen sebelumnya yang tak mampu dijangkau para petani. “Bisa jadi pupuk itu adalah sisa penimbunan para spekulan yang sekarang dikembalikan lagi kepada kios-kios,” ujarnya berspekulasi.(aro)

Buruh di Kediri Gelar Aksi Peringati Hari Buruh Internasional

Ribuan Buruh di Kediri Peringati Hari Buruh Internasional

KEDIRI-RADAR- Dalam rangka memperingati Hari Buruh Internasional yang jatuh 1 Mei Ribuan buruh dari berbagai elemen di Kota dan Kabupaten Kediri dipastikan turun jalan untuk memperingatinya.
Salah satu elemen buruh di Kota Kediri, Serikat Buruh Gema Nusantara (SBGN) menyatakan akan mengerahkan seluruh anggotanya dalam aksi tersebut . Aksi SBGN ini diperkirakan akan meramaikan peringatan hari Buruh besok mengingat mayoritas anggotanya adalah buruh PT Gudang Garam Kediri yang sebelumnya tergabung di SARBUMUSI.
“Kami akan mengerahkan ribuan anggota kami yang bekerja di berbagai perusahaan, salah satunya di Gudang Garam,” jelas Imam Musthofa, Ketua SBGM kepada RADAR Surabaya, Senin (30/4).
Ditambahkan Imam meski diikuti ribuan buruh, aksi tersebut dipastikan tidak akan berlangsung rusuh. Mereka akan menggelar long march di sepanjang jalan protokol Kota Kediri.
Selain itu, mereka juga dilarang memaksa buruh lain yang tidak berniat mengikuti aksi itu. Sebab peringatan hari buruh merupakan kesadaran pribadi yang tidak bisa dipaksakan.
Imam juga berjanji akan melakukan negosiasi terlebih dahulu dengan para pengusaha agar mengijinkan karyawannya melakukan aksi. Ia tidak menginginkan aksi besok akan berakhir pada penjatuhan sanksi pada karyawannya yang mengikuti aksi.
Tidak hanya SBGN, elemen buruh lain yang memastikan turun ke jalan adalah Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri. Menurut Ristika Wakil Koordinator Serikat Pekerja AJI Kediri, aksi itu akan diikuti sekitar 50 jurnalis yang bertugas di wilayah Eks Karesidenan Kediri yang meliputi, Kabupaten/Kota Kediri, Blitar, Nganjuk, Tulungagung dan Trenggalek.
“Wartawan juga buruh. Kami tidak akan tinggal diam untuk ikut memperingati hari buruh sedunia,” kata Ristika yang juga wartawan Radar Tulungagung
Terkait aksi itu, AJI Kediri menyatakan menolak bentuk penindasan atas hak buruh seperti dijamin dalam kesempatan ILO (International Labour Organization). AJI juga menuntut pengusaha media memberi upah layak pada jurnalis dan membangus segela bentuk pemberangusan pers. (aro)