11 Rumah di Trenggalek Tertimbun Longsoran Bukit
* Ancam 57 Rumah Lainnya
TRENGGALEK-RADAR Setelah banjir dan tanah longsor melumpuhkan Trenggalek April 2006 lalu, kali ini bencana serupa menerjang Dusun Banaran, Desa Depok, Kecamatan Bendungan, Trenggalek. Sedikitnya 11 rumah hancur akibat tertimbun tanah liat dari longsoran Bukit Tumpak Dulu, sementara saat ini 57 rumah dihuni 210 jiwa terancam longsor susulan.
Meski menghancurkan rumah warga, tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, namun kerugian diperkirakan mencapai Rp100 juta. Akibat lainnya, sebanyak 210 jiwa yang bermukim di kaki bukit Tumpak Dulu dalam ketakutan akan longsor susulan. Untuk menghindari longsor susulan, warga memilih mengungsi ke atas bukit.
“Longsor terbesar hingga mengakibatkan 11 rumah tertimbun terjadi mulai Kamis (19/4) sekitar pukul 16.30 . Semula warga tidak ketakutan, tetapi ketika hujan turun semakin deras dan menghancurkan rumah warga, warga baru melaporkan kejadian itu ke kantor desa,” kata Kepala Desa Depok, Sugeng Asmara pada wartawan, Minggu (22/4).
Menurut Pujiran, warga setempat, longsor berawal dari hujan deras yang mengguyur Dusun Banaran, Kamis (19/4) sekitar pukul 15.00 . Saat itu, awan gelap menggelayut di atas langit. Warga yang kuatir akan terjadi longsor sebagian ada yang berkumpul di Musola. Sebagian lagi ada yang masih berada di dalam rumah. Sekitar pukul 16.30 terdengar suara gemuruh dari atas bukit.
Suara itu, semakin lama semakin mendekat hingga menimpa rumah Sutrisno. Beruntung Sutrisno dan istrinya yang sedang mengandung tua, berhasil menyelamatkan diri.”Karena sudah gelap kami hanya membantu menyelamatkan harta yang tertinggal. Keesokan harinya setelah dicek ada 11 rumah yang terkena longsor,” ungkapnya
Pantauan di lapangan, kondisi geografis Dusun Banaran sangat memungkikan terjadi tanah longsor. Dusun yang terbagi dalam dua rukun tetangga tersebut, berada pada lembah yang terletak di pertemuan dua bukit.
Mayoritas penghuninya adalah petani dan peternak sapi perah. Kondisi itu diperparah dengan gundulnya hutan yang menambah potensi bencana. Dari 11 rumah yang tertimbun tanah longsor, rata-rata berdiri membelakangi tebing bukit.
Sebagian penghuni ada yang masih menetap di dalam rumah karena longsoran hanya menimbun bagian belakang rumah. Sedangkan empat rumah yang ditinggal penghuninya disebabkan dalam kondisi sudah hancur.
Keempat rumah tersebut milik, masing-masing milik Slamet warga RT 24 RW 2, Sutrisno, Parjono, dan Yatiman. Tiga nama terakhir merupakan warga RT 25 RW 2. Rumah Sutrisno yang tertimbun tanah hampir 90 persen, berada persis di depan lereng bukit. Hal yang sama juga terjadi pada 10 rumah lainnya.
“Setelah longsor yang menimpa rumah Sutrisno, kami dicekam rasa takut. Sejak kemarin lusa, setiap malam kami tidak bisa tidur mengantisipasi apabila ada longsor susulan. Apalagi di lereng bukit tanahnya sudah retak-retak,” ungkap Samirin, Ketua RT 25 saat ditemui wartawan di rumah milik Parjan yang dijadikan lokasi pengungsian warga.
Samirin menjelaskan, setelah longsor menimpa 4 rumah dan mengancam puluhan rumah lainnya, warga sepakat meminta bantuan kepada pemerintah. Ini disebabkan, beberapa warga mulai terlihat sakit-sakitan. Padahal sebelum longsor terjadi, para warga ini dalam kondisi sehat. “Akhirnya kejadian itu, dilaporkan pada Sabtu malam. Dan kami bersyukur pemerintah langsung membuatkan lokasi pengungsian di atas bukit Tumpak Dulu,” imbuhnya.
Atas kejadian bencana alam tersebut Pemkab Trenggalek Minggu (22/4) sudah mengirim Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana Alam (Satlak PBM) dan beberapa tim medis. Bahkan Bupati Soeharto memimpin langsung, pembangunan dua tenda komando di atas bukit Tumpak Dulu.
Tenda berkapasitas 60 orang itu, diharapkan mampu menjadi pelindung sementara bagi warga Dusun Banaran. Sementara bagi rumahnya yang tertimpa tanah, akan diberi bantuan berupa dana maupun material,” Yang penting mereka ditampung dulu, masalah selanjutnya nanti kita atur,”kata Soeharto (aro)