Ketupat

Si Kuning yang Jadi Rebutan Setelah Lebaran

Tak lengkap jika lebaran tanpa adanya ketupat (kupat/jawa,red), seperti halnya sayur tanpa garam. Begitulah tradisi yang turun temurun khususnya di tanah Jawa usai melakukan ibadah puasa Ramadan sebulan penuh. Karena sudah merupakan tradisi banyak orang yang memanfaatkan keahlian membuat ketupat untuk di jual. Tak ayal penjual musiman ini menjamur di berbagai tempat dengan memanfaatkan momen lebaran.
Seperti halnya yang dilakukan Mbok Darmi (60) penjual ketupat yang mangkal di depan Pasar Setono Betek Jl Patimura Kota Kediri. Ia mengaku telah puluhan tahun menjual janur (bahan untuk ketupat,red) dan ketupat yang sudah jadi.
Kepada RADAR Surabaya Darmi yang sebelumnya menjual bunga khusus untuk persediaan ziarah ke makam-makam di malam lebaran terpaksa memutar haluan menjadi penjual ketupat karena prospek menjual bunga sesudah hari keempat lebaran tak lagi menguntungkan.
“Malam hari raya kemarin satu tas kresek penuh bunga mawar bisa menghasilkan uang Rp75 ribu sampai Rp50 ribu. Namun kini hanya laku Rp7.500, itupun jarang sekali yang menawar, karena semua sudah ziarah makam . Karena ada yang lebih menguntungkan makannya saya putar haluan jualan ketupan dan bahannya yakni janur,” kata Mbok Darmi perempuan asal Ngadiluwih yang juga diamini Wiji (37) penjual yang bersebelahan dengannya.
Untuk bahan baku Darmi i mengaku memetik dari tanaman kelapannya sendiri dan juga membeli dari orang-orang yang ada di wilayah Kabupaten antara lain Kandat, Wates dan Ngadiluwih sendiri. Karena di daerah tersebut masih banyak ditemui tanaman pohon kelapa. Per 100 janur menurut Lasmini ia membeli Rp7.500.
” Ya kalau diecer per 10 janur saya jual Rp1.000,- jadi kalau dihitung laba per 100 janur laba 3.000. Sedangkan untuk ketupat yang sudah jadi per 10 ketupat saya menjual Rp2.500, disesuikan kenaikan BBM” ujarnya.
Dari dua model ketupat yang ia jual yakni model ketupat shinto atau ketupat berkaki empat dan ketupat kodok, yang paling laris menurut Darmi adalah ketupat shinto. Karena memang ketupat shinto adalah ketupat peninggalan jaman nenek moyangnya,” Kalau ketupat kodok kan kreasi anak muda sekarang ,” jelasnya.
Meski saat ini belum ramai pembeli, menurut perkiraan Lasmini dan teman-temannya sesama penjual ketupat. Puncak pembeli akan tiba hari ini, Sabtu (28/10) dan Senin besok (29/10),” Karena itu pas bertepatan dengan hari kelima dan keenam lebaran. Biasannya hari itulah umat Islam melaksanakan tradisi ketupat,” jelas Wiji.
Namun dibalik itu ia juga menyayangkan, meski secara ekonomi ia diuntungkan. Namun secara tradisi banyak generasi muda yang tidak bisa membuat ketupat karena lebih dienakkan untuk membeli yang sudah jadi.
drg J Sutjahjo Gani (48) tokoh budaya Kediri dikonfirmasi RADAR Surabaya juga menyayangkan banyak generasi muda yang tidak paham dengan makna ketupat atau kupat.
Menurutnya ketupat atau biasa disebut kupat mempunyai makna filosofis yang cukup dalam.” Kupat itu artinya nyukupne barang papat (menyelesaikan empat pekerjaan,red) yakni puasa Ramadan, Sholat Iedul Fitri, mengeluarkan zakat dan puasa syawal. Namun banyak orang yang tidak paham dan hanya ikut-ikutan. Jadi jika sudah melakukan keempatnya itu baru merayakan atau menikmati makan ketupat. Ini ajaran sesepuh-sesepuh kita, ini semua “tamsil” (perumpamaan,red). Dimana wali songo juga yang mengajarkan,” kata Gani pada RADAR Surabaya.
Sebagai ungkapan syukur karena sudah melaksanakan empat pekerjaan tersebut menurut Gani masyarakat jawa mempunyai kebiasaan membagi-bagikan ketupat ke tetangga sekitar.,” Kalau di desa tradisi saling menghantarkan ketupat masih ada, kalau di kota tradisi ini saya kira sudah hilang. ,” ujarnya. (Imam Mubarok)

Tinggalkan komentar